Anak-anak adalah titipan Tuhan
Anak-anak datang tidak dengan “petunjuk pemakaian”
Santa-santo membantu orang tua untuk mendidik anak-anak
Petunjuk pemakaian secara umum adalah hukum kasih
Misi kudus kita sebagai orangtua adalah: mengarahkan jiwa anak-anak kita untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di surga
Kehidupan Setiap Manusia Ada dalam Rencana Allah
Anak-anak adalah titipan Tuhan
Sebagai orangtua, kita dititipi anak-anak oleh Tuhan. Ini adalah tanggung jawab besar yang Tuhan percayakan pada kita. Semuanya terserah kepada kita, bagaimana kita menggunakan otoritas yang diberikan oleh Tuhan ini. Apakah kita akan menggunakannya dengan baik, atau kita akan membuang kesempatan emas yang mulia ini?
Kalau kita melihat dan mempelajari, orangtua sangat berperan besar sekali dalam kehidupan seorang anak. Bagaimana anak-anak ini akan tumbuh? Akan menjadi orang seperti apa mereka kalau sudah besar? Apakah mereka akan menjadi orang baik, pandai dan bermoral? Ataukah mereka akan menjadi nakal, bermasalah, dan tidak bertanggung jawab? Dengan kata lain, menjadi orang seperti apa mereka nantinya, sangat tergantung kepada bagaimana cara kita membesarkan mereka.
Anak-anak datang tidak dengan “petunjuk pemakaian”
Seperti yang kita ketahui, setiap anak berbeda satu sama lain. Dari segi karakter, tabiat, watak, bawaan, dan lain- lain; mereka semua unik dan berlainan. Kadangkala saya berharap Tuhan memberikan setiap orangtua buku petunjuk yang jelas dan lengkap mengenai cara membesarkan anak- anak kita masing-masing. Di buku ini saya harapkan Dia membahas secara detail mengenai: tipe karakter setiap anak, apa yang mereka suka/tidak suka, apa kelebihan/kekurangannya, bagaimana cara membesarkannya supaya mereka bisa menjadi orang benar, apa yang harus dilakukan kalau mereka bersalah, berbuat nakal, tidak mau menurut, dan seterusnya Bukankan Bapa kita di surga adalah Pencipta kita semua? Pastilah Dia tahu apa yang terbaik bagi setiap kita.
Sayangnya setiap anak yang dilahirkan tidak datang dengan ‘Buku Petunjuk Pemakaian’. Mereka dilahirkan dengan keadaan yang sangat sederhana, tanpa pakaian atau perlengkapan apapun juga. Saya pikir, mungkin Tuhan menghendaki agar setiap orang tua untuk terus bertumbuh, mempelajari dan mendalami keadaan anaknya setiap saat. Mungkin Tuhan ingin agar setiap orang tua selalu bergantung kepadaNya Sang Pencipta, agar Ia dapat memberikan kita anugerah, arahan, pandangan dan harapan, dalam membesarkan putra dan putri-Nya di dunia ini. Suatu tanggung jawab yang besar sekali, di mana hanya dengan melalui cara Tuhan Sang Pencipta sajalah kita baru dapat melaksanakannya dengan semaksimal mungkin dan sebaik mungkin.
Santa-santo membantu orang tua untuk mendidik anak-anak
Kalau kita melihat kisah para santo dan santa, kita mengetahui bahwa banyak dari mereka dilahirkan di dalam keluarga yang sangat sederhana. Walaupun demikian, orang tua mereka berhasil mendidik anak-anaknya sehingga mereka dapat menjadi santo/santa. Mari kita lihat keluarga Santa Bernadet. Dia dilahirkan di keluarga yang miskin dan sederhana. Bernadet sendiri sakit-sakitan dan kurang berpendidikan. Walaupun demikian, mereka sangat beriman kepada Tuhan. Sejak kecil, Bernadet mengenal imannya dengan benar dan mengerti cara mengaplikasikan imannya di dalam kehidupannya sehari-hari. Karena kedalaman imannya, kerendahan hatinya, dan kesederhanaannya itulah dia dipilih Tuhan untuk melakukan karya khususNya di dunia. Bunda Maria menampakkan diri padanya, dan melaluinya, banyak orang yang bertobat dan disembukan melalui mukjijat di Gua Lordes. Seperti halnya dengan Santa Bernadet, santo dan santa yang lain (walaupun mempunyai karakter yang sangat berbeda, dan latar belakang keluarga yang sangat berlainan), memiliki satu hal yang sama. Hal ini adalah: iman dan kasih mereka pada Tuhan, GerejaNya, dan sesama. Hal ini membuat mereka menjadi rendah hati dan teguh beriman. Hal ini membuat mereka dipakai Tuhan dengan caranya yang khusus. Setiap santo/santa mempunyai panggilan yang spesifik, sesuai dengan karakter dan kehidupan pribadi mereka. Ada kalanya dengan cara yang sederhana, namun juga ada kalanya dengan cara yang besar mulia. Apapun karya mereka, besar atau kecil, semasa hidupnya mereka semakin lama semakin bertumbuh menjadi lebih rendah hati, dalam melayani dan mencintai Tuhan.
Sama halnya dengan kita, santo dan santa ini hidup di dunia yang nyata. Mereka dihadapkan dengan masalah yang serupa seperti kita. Dunia yang penuh dengan cobaan, ketidaksempurnaan, dosa, dan musibah. Orang tua merekapun dihadapkan dengan keadaan yang serupa dengan yang kita alami. Mereka harus juga melengkapi kehidupan jasmani anak-anaknya; dari mulai makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Merekapun dengan caranya sendiri juga melengkapi kehidupan rohani anak-anaknya, sehingga anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang mengenal, memuji dan mencintai Tuhan. Jaman dahulu, mereka dapat membesarkan anaknya dengan baik, tanpa bantuan teknologi yang canggih, psikolog yang ternama, ataupun uang yang berlimpah.
Pada akhirnya, pertanyaannya adalah : “Apakah yang kita inginkan bagi anak-anak yang Tuhan percayakan pada kita?” Setiap orangtua pada umumnya menginginkan anak-anaknya untuk hidup bahagia. Pertanyaannya adalah, “Kehidupan bahagia yang seperti apa?” Kehidupan bahagia yang seharusnya kita inginkan, adalah kebahagiaan yang abadi untuk selama-lamanya. Ini adalah kebahagiaan yang hanya bisa diperoleh apabila kita pada akhirnya hidup bersama Bapa kita di Surga. Kehidupan bahagia yang abadi di Surga inilah yang seharusnya kita cari dan usahakan bagi anak-anak kita; bukan semata-mata hanya kehidupan di dunia yang sifatnya semu dan singkat. Apa artinya kalau kita hidup di dunia dan memperoleh uang, kekuasaan, kepopuleran, atau kemuliaan, tetapi perbuatan kita tidak membawa kita ke rumah Bapa di Surga. Sabda Tuhan mengatakan, bahwa pada akhirnya yang membawa seseorang ke Surga adalah iman, pengharapan dan cinta kasih kita pada Tuhan dan sesama. Ketiga hal inilah yang pada akhirnya akan dilihat oleh Tuhan. Ketiga hal inilah yang akan menyelamatkan seseorang untuk kembali ke rumah Bapa.
Petunjuk pemakaian secara umum adalah hukum kasih
Seperti yang Kristus katakan, hukum yang paling utama di antara semua hukum di Alkitab adalah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12:30-31)
Apabila kita benar-benar melaksanakan kedua hukum cinta kasih ini, dengan sendirinya hukum-hukum yang lain pasti akan kita penuhi. Seseorang yang mencintai Tuhan dan sesama dengan segenap hati, jiwa dan raga; pasti dengan sendirinya adalah seseorang yang mencintai keluarganya, Gerejanya dan negaranya. Dia pasti adalah seorang warga negara yang benar, teman yang sejati, anak yang bertanggung jawab, dan pekerja yang teguh. Mengapa? Karena dengan sendirinya orang tersebut akan melakukan ajaran Tuhan yang tertera di Kitab Suci, dan hukum Gereja; yang membawa orang tersebut kepada keselamatan di Surga.
Memang Tuhan tidak menuliskan secara spesifik ‘Buku Petunjuk Pemakaian’ untuk setiap anak. Tetapi Tuhan sudah menuliskan ajaran kasihNya melalui sabdaNya di dalam Alkitab. Bersyukurlah Tuhan juga sudah memberikan kuasa otoritas khusus kepada Gereja Katolik untuk menginterpretasikan firmanNya ke dalam hidup kita sehari-hari. Bersyukurlah Gereja Katolik sudah menuliskan ‘Katekismus Gereja Katolik’, dan dokumen Gereja yang lainnya sebagai buku panduan kita untuk menjalani hidup kita dengan baik dan kudus. Kita juga harus bersyukur akan banyaknya psikolog dan penulis Katolik yang ternama, yang membantu kita untuk lebih mengaplikasikan ajaran Tuhan ini dengan lebih nyata lagi dalam kehidupan keluarga.
Bapa kita di Surga telah menyampaikan banyak hal yang penting untuk kita pelajari dan mengerti, sebagai bekal dalam upaya kita menjadi orangtua yang lebih baik. Melalui firmanNya di Kitab Suci, dan ajaran Gereja Katolik inilah, Tuhan sudah memberikan kita informasi yang secukupnya untuk membantu kita para orangtua memulai melakukan misi kita yang mulia ini: “Membantu menunjukkan jalan bagi anak-anak Tuhan yang dipercayakan pada kita untuk pada akhirnya kembali ke rumah Bapa di Surga”.
Misi kudus kita sebagai orangtua adalah: mengarahkan jiwa anak-anak kita untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di surga
Dengan mengupas kedua sumber utama ini secara seksama, marilah bersama-sama kita renungkan dan pelajari: “Bagaima kita menjadi orangtua yang kudus, yang sesuai dengan apa yang direncanakan Tuhan bagi kita secara pribadi?”
Kehidupan Setiap Manusia Ada dalam Rencana Allah
Tuhan menghendaki agar setiap orang bersatu denganNya di Surga. Karena besarnya kasih Allah pada manusia, Dia mengirimkan PuteraNya sendiri untuk menebus dosa manusia, sehingga kita dapat kembali bersamaNya di Surga (lih. Yoh 3:16).
Karena begitu indahnya rencana Allah bagi setiap manusia, sudah sepantasnyalah bagi kita anak- anak-Nya untuk mengikuti jalan yang sudah Dia bukakan bagi kita. Jalan ini adalah jalan yang memberikan keselamatan bagi orang yang percaya kepadaNya. Jalan yang dibekali oleh terang Roh Kudus, anugerah yang kita terima melalui sakramen-sakramen yang diberikan oleh Gereja Katolik, firmanNya yang meneguhkan dan menghibur.
Segala yang terjadi dalam hidup kita ada dalam rencana Tuhan. Segala langkah dan keputusan yang kita ambil (baik atau buruk), semuanya telah diketahui oleh Tuhan. Allah yang MahaTahu dan MahaKasih tidak lelah memanggil dan mengingatkan kita untuk mengambil keputusan yang benar, yaitu yang didasari oleh penerangan Roh Kudus, firmanNya dan GerejaNya. Dia mengajak kita untuk mengambil jalan yang benar dan memberi keputusan yang didasari iman, pengharapan dan kasih.
Karena kita adalah bagian dari rencana Allah, Tuhan pun memakai kita, sebagai orangtua, tidak hanya untuk membawa diri kita sendiri ke dalam Surga, tetapi juga membawa anak-anak (dan orang-orang lain) yang dipercayakan pada kita ke Surga. Ini adalah tanggung jawab terbesar bagi orangtua untuk anak-anaknya: menghantar, menuntun dan menunjukkan jalan menuju Surga. Karena misi yang kudus inilah, orang tua harus berupaya untuk:
1) Menanamkan di dalam hati anak-anak kita kebenaran yang sesungguhnya.
2) Menyatukan dan menguatkan kehendak dan pemikiran mereka terhadap kehendak Tuhan.
3) Menanamkan rasa kasih pada Tuhan dan sesama, dan keinginan untuk menjalani kehidupan dengan kekudusan dan pelayanan.
4) Mengorbankan kepentingan pribadi kita dengan suka cita, demi keselamatan dan kepentingan anak.
5) Dengan bantuan rahmat Tuhan, menuntun anak-anak kita untuk menjadi santo dan santa di dunia modern ini.
Tuhan mengetahui dan mengenal kita semua satu persatu, mulai dari kepribadian kita masing-masing, sampai ke jumlah rambut kita. Karenanya Tuhan pula yang mengetahui secara pasti dan benar keberadaan seorang anak di dalam keluarganya masing-masing. Dia yang menciptakan anak tertentu untuk lahir melalui campur tangan orangtua yang tertentu, di dalam keluarga yang tertentu. Sama seperti misteri bagaimana dua orang yang berlainan dapat bertemu, jatuh cinta dan menikah; begitulah adanya misteri bagaimana anak yang tertentu dapat lahir di keluarga tertentu. Ini adalah suatu misteri Allah yang sangat ajaib dan indah. Sepertinya Tuhan mengetahui orang tua mana yang terbaik untuk anak tertentu. Sepertinya Tuhan mempercayakan keberadaan anak ini di dalam tangan kita.
Begitu besarnya rasa percaya Bapa kita di Surga kepada kita dalam membesarkan anak-anak ini, sehingga melalui kitalah mereka bisa dituntun, dibesarkan dan dikembalikan akhirnya ke rumah Bapa. Kita harus yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana yang indah bagi kita dan keluarga kita, apabila kita mau mengikuti kehendakNya dan jalan yang sudah Dia berikan bagi kita.
Selama kita menjalani rencana Allah bagi keluarga kita ini, Tuhan menjanjikan kita harapan dan kekuatan melalui rahmatNya dan Roh Kudus. Sama seperti Tuhan yang menyertai bangsa Israel untuk selamat sampai di Tanah Perjanjian, Tuhan pulalah akan menyertai kita dan melimpahkan berkatnya bagi kita, supaya kita bisa terus dengan setia mengarahkan keluarga kita untuk sampai ke Rumah Bapa di Surga. Karenanya, seperti Musa yang terus bertanya dan berusaha menjalankan kehendak Tuhan, kitapun harus selalu bertanya pada Bapa dan meminta petunjukNya untuk menerangkan dan menuntun kita di jalan yang benar.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati. Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu.” (Yeremia 29:11-14)
Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yesaya 55:8-9)
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment